Karakter Jiwa
Thursday, April 12, 2012
Hidup dan Keyakinan
Setiap episode yang kita lalui menjadi tidak berarti ketika kita tak yakin ini adalah bagian dari sebuah proses wujudnya sebuah keyakinan. Seemua peristiwa semenjak kita dapat mengingat sesuatu hingga kini yang terkadang tak ingat sesuatu yang telah kita kerjakan, ... semestinya menambah bangunan keyakinan yang hanya kita sendiri yang tahu sejauhmana bangunan itu berdiri.
Hanya sebuah kepura-puraan sejati yang menyangkal bahwa kita tak pernah punya sebuah keyakinan, karena sesungguhnya keyakinan itu ada semenjak jiwa kita bisa memahami sebuah kaitan kita dengan sesuatu yang kita anggap sebuah "keyakinan", ... mengalir terus mengalir hingga waktunya tiba, .. sebuah pemberhentian sementara yang kemudian kita akan melanjutkan etape kehidupan selanjutnya sebagai sebuah akibat dari etape sebelumnya ...
Huuuh,...
Tuesday, January 10, 2012
Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan menghantarkanku kepada titik nadhir peniadaan Kekuatan dan Kemahakuasaan sang pencipta, ...ketidakberdayaan yang dengannya keyakinan atas daya dan kekuatan sang Maha Kuasa seolah tak ada ... sedikit ragu, termangu ...
Yang semetinya ketidakberdayaan sebagai karakter manusia sejak awal penciptaannya, menjadi suatu titik tolah pengakua.n bahwa betapa besar dan digjayanya sang maha pencipta. Sebab daya dan keberdayaan manusia semata hanyalah daya dan keberdayaan sang Maha Kuasa Alloh Subahanahu Wata'ala.
Alloh ! mohon dimaafkan setitik makhluq kecil ini telah sedikit ragu atas kemahakuasaan Mu. Oleh karena Engkau sedang menebalkan sisi ruang keyakinanku kepada Mu dengan sebuah ketidakberdayaan fikir dan dzikir, sehingga batas dinding nalarku stuck, sendi-sendi dzikirku kelu tak mampu meraba "wajah" Mu yang agung itu, tak kuasa berucap dan menyeru Mu Yaaa Alloh, ... aku hampir tak bisa melihat semua wujud Keagungan Mu semua Kesempurnaan Mu itu, ...
Alloh ! Ketidakberdayaanku kini adalah puncak kemahakuasaan-Mu
sebab ketika aku merasa sedikit saja bahwa daya pada diriku adalah kepunyaanku maka semakin lemah sebenarnya diriku, namun ketika sepenuh kesadaran sepenuh keyakian bahwa tiada daya dan upaya kecuali dengan daya dan upaya Engkau, maka sesungguhnya itulah kedahsyatan sebuah pengakuan dan keyakinan hidupku,
Ampuni aku yaa Alloh yang mempunyai semua Daya dan Upaya atas semua manusia, dan seluruh makhluq ciptaan Engkau.
Sunday, July 18, 2010
7 KIAT MENDIDIK ANAK
7 LANGKAH MENJADIKAN ANAK TAAT KEPADA ORANG TUA TANPA MENGHUKUM
Mendidik anak-anak untuk taat kepada orang tua merupakan suatu tantangan sekaligus sebuah seni dan ketrampilan yang harus dimiliki oleh setiap orang tua. Apalagi perkembangan saat ini, di mana sudah bukan zamannya lagi untuk mengancam anak baik dengan ucapan maupun pukulan. Untuk itu setiap orang tua hendaknya benar-benar memperhatikan metode yang mereka pakai untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya.
Berikut ini beberapa tips mendidik anak agar taat kepada orang tua tanpa hukuman sama sekali.
1. Ajarilah anak anda peraturan-peraturan dalam bentuk kalimat berita bukan kalimat perintah.
Misalnya sebagai ganti dari ucapanmu ”Jangan letakkan buku sembarangan!” dengan ”Buku itu tempatnya di rak buku”, dan semisalnya. Dengan perkataan semacam ini, anak tidak akan merasa sebagai objek perintah tetapi dia merasa diperhatikan dan menjadi subjek. Pada akhirnya dia akan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap barang-barangnya.
2. Jelaskan aturan-aturan itu dengan baik kepadanya dan bimbinglah dia.
Misalnya sebagai ganti dari ucapan ”Kembalikan lagi mainanmu ke tempatnya!”, katakanlah ”Adalah hal baik bila engkau mengembalikan mainanmu ke tempatnya agar tidak rusak”, apabila dia menolak, maka katakanlah ”Ayo kita kumpulkan bersama-sama”.
3. Bila anak berbuat salah maka jangan sandarkan pada pribadinya, tetapi sandarkan pada perbuatan salahnya.
Misalnya katakanlah ”Perbuatan ini tidak benar”, jangan katakan ”Apa yang telah kamu perbuat?”. jangan pula menyifatinya dengan bodoh atau malas, karena akan melukai perasaannya dan menjadikannya rendah diri
4. Hargailah keinginan-keinginan anak anda.
Bila anakmu mempunyai keinginan untuk memiliki semua mainan yang dipajang di toko ketika ke pasar, maka sebagai ganti dari hardikanmu kepadanya dengan sifat ”tamak”, katakanlah kepadanya ”Boleh saja engkau menginginkan semua mainan ini, tetapi sekarang pilihlah satu saja dan yang lain untuk waktu yang akan datang”, atau buatlah kesepakatan kepadanya sebelum pergi ke pasar ”Apapun yang engkau lihat, maka hanya satu permintaan yang dikabulkan”. Dengan hal ini, anakmu akan merasakan bahwa engkau tetap memperhatikan keinginannya.
5. Perhatikan dan pahamilah anak anda bahwa bisa jadi ia tidak taat kepada perintah anda karena ada suatu masalah yang sedang dia alami.
Oleh sebab itu, carilah celah untuk berbicara dengan dia dari hati ke hati. Berilah kesempatan kepadanya untuk bicara dan usahakan tidak memotong pembicaraannya.
6. Hindari cara mengancam dan “menyuap”
Jika engkau menggunakan cara ancaman secara terus-menerus agar dia taat maka kelak anak anda akan mengacuhkanmu sehingga engkau mengancamnya. Demikian juga “suap” akan menjadikannya tidak mentaatimu sehingga engkau mengatakan kepadanya ”Aku akan memberimu mainan baru jika kamarmu bersih”, maka dia menaatimu karena ingin mainan bukan untuk membantu keluarganya atau melaksanakan kewajibannya
7. Berilah pujian dan apresiasi
Berilah pujian dan apresiasi bila dia menaatimu dalam suatu tugas dan berilah selamat kepadanya ”Bagus” atau ”Jazakallahu khairan” atau ”Pekerjaan yang hebat”, “Anak yang rajin”, sehingga dia akan termotivasi melakukannya pada waktu yang lain. Apabila dia berbuat sebaliknya / hal buruk maka katakanlah, “Rajinnya anak ibu itu kamarnya selalu dibersihkan sendiri”, ”Alangkah hebatnya anak itu hafal 10 juz Al-Qur’an, tentunya engkau juga bisa kan?”. Sebagian bapak memberikan hadiah kepada anaknya untuk memotivasi mereka seperti menghafal satu hadits dengan memberi mereka satu tanda bintang di pakaian, jika sudah lima atau maka mereka mengajak mereka rekreasi.
Mendidik anak-anak untuk taat kepada orang tua merupakan suatu tantangan sekaligus sebuah seni dan ketrampilan yang harus dimiliki oleh setiap orang tua. Apalagi perkembangan saat ini, di mana sudah bukan zamannya lagi untuk mengancam anak baik dengan ucapan maupun pukulan. Untuk itu setiap orang tua hendaknya benar-benar memperhatikan metode yang mereka pakai untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya.
Berikut ini beberapa tips mendidik anak agar taat kepada orang tua tanpa hukuman sama sekali.
1. Ajarilah anak anda peraturan-peraturan dalam bentuk kalimat berita bukan kalimat perintah.
Misalnya sebagai ganti dari ucapanmu ”Jangan letakkan buku sembarangan!” dengan ”Buku itu tempatnya di rak buku”, dan semisalnya. Dengan perkataan semacam ini, anak tidak akan merasa sebagai objek perintah tetapi dia merasa diperhatikan dan menjadi subjek. Pada akhirnya dia akan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap barang-barangnya.
2. Jelaskan aturan-aturan itu dengan baik kepadanya dan bimbinglah dia.
Misalnya sebagai ganti dari ucapan ”Kembalikan lagi mainanmu ke tempatnya!”, katakanlah ”Adalah hal baik bila engkau mengembalikan mainanmu ke tempatnya agar tidak rusak”, apabila dia menolak, maka katakanlah ”Ayo kita kumpulkan bersama-sama”.
3. Bila anak berbuat salah maka jangan sandarkan pada pribadinya, tetapi sandarkan pada perbuatan salahnya.
Misalnya katakanlah ”Perbuatan ini tidak benar”, jangan katakan ”Apa yang telah kamu perbuat?”. jangan pula menyifatinya dengan bodoh atau malas, karena akan melukai perasaannya dan menjadikannya rendah diri
4. Hargailah keinginan-keinginan anak anda.
Bila anakmu mempunyai keinginan untuk memiliki semua mainan yang dipajang di toko ketika ke pasar, maka sebagai ganti dari hardikanmu kepadanya dengan sifat ”tamak”, katakanlah kepadanya ”Boleh saja engkau menginginkan semua mainan ini, tetapi sekarang pilihlah satu saja dan yang lain untuk waktu yang akan datang”, atau buatlah kesepakatan kepadanya sebelum pergi ke pasar ”Apapun yang engkau lihat, maka hanya satu permintaan yang dikabulkan”. Dengan hal ini, anakmu akan merasakan bahwa engkau tetap memperhatikan keinginannya.
5. Perhatikan dan pahamilah anak anda bahwa bisa jadi ia tidak taat kepada perintah anda karena ada suatu masalah yang sedang dia alami.
Oleh sebab itu, carilah celah untuk berbicara dengan dia dari hati ke hati. Berilah kesempatan kepadanya untuk bicara dan usahakan tidak memotong pembicaraannya.
6. Hindari cara mengancam dan “menyuap”
Jika engkau menggunakan cara ancaman secara terus-menerus agar dia taat maka kelak anak anda akan mengacuhkanmu sehingga engkau mengancamnya. Demikian juga “suap” akan menjadikannya tidak mentaatimu sehingga engkau mengatakan kepadanya ”Aku akan memberimu mainan baru jika kamarmu bersih”, maka dia menaatimu karena ingin mainan bukan untuk membantu keluarganya atau melaksanakan kewajibannya
7. Berilah pujian dan apresiasi
Berilah pujian dan apresiasi bila dia menaatimu dalam suatu tugas dan berilah selamat kepadanya ”Bagus” atau ”Jazakallahu khairan” atau ”Pekerjaan yang hebat”, “Anak yang rajin”, sehingga dia akan termotivasi melakukannya pada waktu yang lain. Apabila dia berbuat sebaliknya / hal buruk maka katakanlah, “Rajinnya anak ibu itu kamarnya selalu dibersihkan sendiri”, ”Alangkah hebatnya anak itu hafal 10 juz Al-Qur’an, tentunya engkau juga bisa kan?”. Sebagian bapak memberikan hadiah kepada anaknya untuk memotivasi mereka seperti menghafal satu hadits dengan memberi mereka satu tanda bintang di pakaian, jika sudah lima atau maka mereka mengajak mereka rekreasi.
Mau tau lebih jauh bagaimana cara efektif mendidik anak langsung saja ke pondok ibu
Source: http://formulablogger.com/7-langkah-menjadikan-anak-taat-kepada-orang-tua-tanpa-menghukum/
Thursday, May 6, 2010
Tunaikan Janji Anda
Laa tansa !,
Don’t Forget !,
Ojo Lali !
alias
Tong hilap !
Barangkali hari ini atawa entar siang anda punya janji. Saya ingatkan Anda untuk menepatinya. Jangan sepelekan janji Anda dengan teman Anda, anak & isteri serta keluaga Anda. Sebab ingkar janji adalah pangkal masalah terlepas dari besar atau kecilnya masalah itu. Yang jelas ingkar janji gak baik lhoo.
Seperti janji kita setiap saat terutama terhadap diri berupa bisikan-bisikan halus jauh direlung hati dalam inti jiwa. Biasanya , kita berjanji akan mengadakan perubahan pada diri kita. Berjanji akan berbuat lebih baik. Berjanji tidak akan mengulangi hal buruk yang telah kita lakukan. Berjanji akan menyayangi diri dari berbagai perbuatan keji. Berjanji akan tingkatkan belajar supaya terhidar dari kebodohan. Berjanji akan …, berjanji … dan berjanji. Jujur … batin kita selalu mengatakannya. Namun apa ujud nyata dari semua janji-janji kita itu? … ah janji hanya tinggal jani tuh.
Orang lain tidak akan tahu akan janji-janji kita, Isteri dan anak-anak kita pun tidak mengetahuinya. Lalu mengapa hal itu jadi masalah dan menjadikan kita pusing, tak bisakah kita bilang EGP aja. Tapi bagaimana kita menghormati orang lain kalau diri kita saja tidak kita hargai tidak kita hormati tidak kita sayangi … huh naif beneran neeh kita. Jangan-jangan kita tukang boong, jangan-jangan kita memang tukang ingkar janji !!! Duuuh …. ampun gusti Alloh.
Mengapa itu terjadi? Coba telaah lebih seksama, bacalah dengan kedalaman pandangan bahwa sesuatu tengah terjadi, perlahan tapi pasti. Ada suatu kekuatan lain dalam diri kita yang senantiasa menghijab antara kita dengan inti diri kita (jiwa). Bermula setipis rambut dibelah 7 tumbuh berkembang seperti lapisan kaca menjelma bagikan tembok beton yang pada akhirnya seperti dinding baja benar-benar menghijab tak terkoyakan. Sehingga inti diri- jiwa kita tak dapat kita kenali. Bahkan perkataannya jarang kita turuti karena hanya terdengar sayup-sayup tak jelas dan tidak menjadi motivasi. Semua hanya berupa bisikan yang kadang terputus sebelum sampai kepada telinga sensor motorik kita.
Benar-benar dahsyat hijab itu menjauhkan kita dari sesuatu yang sangat berharga yaitu inti diri – hakikat manusia , jiwa dan kejiwaan kita. Dengan kata lain jiwa kita sedang dikuasi bisikan yang lebih dahsat yang membikin hijab itu. Karena pada dasarnya pada jiwa kita ada 2 bisikan yang saling mempengaruhi inti. Bisikan yang selalu mengarahkan kepada kebaikan dan bisikan yang selalu menggelincirkan inti diri kepada kesengsaraan. Ketika bisikan kebaikan itu menguat maka yang lainnya otomatis melemah dan sebaliknya. Jadi ada proses saling MENDOMINASI. Inilah barangkali pokok persoalannya, mengapa kita ingkar janji terutama pada diri sendiri yang merupakan repleksi lupa terhadap keilahiyahan.