Thursday, May 6, 2010

Tunaikan Janji Anda


Laa tansa !,
Don’t Forget !,
Ojo Lali !
alias
Tong hilap !

Barangkali hari ini atawa entar siang anda punya janji. Saya ingatkan Anda untuk menepatinya. Jangan sepelekan janji Anda dengan teman Anda, anak & isteri serta keluaga Anda. Sebab ingkar janji adalah pangkal masalah terlepas dari besar atau kecilnya masalah itu. Yang jelas ingkar janji gak baik lhoo.
Seperti janji kita setiap saat terutama terhadap diri berupa bisikan-bisikan halus jauh direlung hati dalam inti jiwa. Biasanya , kita berjanji akan mengadakan perubahan pada diri kita. Berjanji akan berbuat lebih baik. Berjanji tidak akan mengulangi hal buruk yang telah kita lakukan. Berjanji akan menyayangi diri dari berbagai perbuatan keji. Berjanji akan tingkatkan belajar supaya terhidar dari kebodohan. Berjanji akan …, berjanji … dan berjanji. Jujur … batin kita selalu mengatakannya. Namun apa ujud nyata dari semua janji-janji kita itu? … ah janji hanya tinggal jani tuh.
Orang lain tidak akan tahu akan janji-janji kita, Isteri dan anak-anak kita pun tidak mengetahuinya. Lalu mengapa hal itu jadi masalah dan menjadikan kita pusing, tak bisakah kita bilang EGP aja. Tapi bagaimana kita menghormati orang lain kalau diri kita saja tidak kita hargai tidak kita hormati tidak kita sayangi … huh naif beneran neeh kita. Jangan-jangan kita tukang boong, jangan-jangan kita memang tukang ingkar janji !!! Duuuh …. ampun gusti Alloh.
Mengapa itu terjadi? Coba telaah lebih seksama, bacalah dengan kedalaman pandangan bahwa sesuatu tengah terjadi, perlahan tapi pasti. Ada suatu kekuatan lain dalam diri kita yang senantiasa menghijab antara kita dengan inti diri kita (jiwa). Bermula setipis rambut dibelah 7 tumbuh berkembang seperti lapisan kaca menjelma bagikan tembok beton yang pada akhirnya seperti dinding baja benar-benar menghijab tak terkoyakan. Sehingga inti diri- jiwa kita tak dapat kita kenali. Bahkan perkataannya jarang kita turuti karena hanya terdengar sayup-sayup tak jelas dan tidak menjadi motivasi. Semua hanya berupa bisikan yang kadang terputus sebelum sampai kepada telinga sensor motorik kita.
Benar-benar dahsyat hijab itu menjauhkan kita dari sesuatu yang sangat berharga yaitu inti diri – hakikat manusia , jiwa dan kejiwaan kita. Dengan kata lain jiwa kita sedang dikuasi bisikan yang lebih dahsat yang membikin hijab itu. Karena pada dasarnya pada jiwa kita ada 2 bisikan yang saling mempengaruhi inti. Bisikan yang selalu mengarahkan kepada kebaikan dan bisikan yang selalu menggelincirkan inti diri kepada kesengsaraan. Ketika bisikan kebaikan itu menguat maka yang lainnya otomatis melemah dan sebaliknya. Jadi ada proses saling MENDOMINASI. Inilah barangkali pokok persoalannya, mengapa kita ingkar janji terutama pada diri sendiri yang merupakan repleksi lupa terhadap keilahiyahan.